Pages

Audit Berbasis Risiko

Tugas Audit Berbasis Risiko

1.    Bagaimana keterkaitan antara audit berbasis ISA dan pengendalian internal COSO?
·         Control Environment
·         Risk Assessment
·         Control Activities
·         Information and Communication
·         Monitoring Activities



2.    Bagaimana penerapan Audit Berbasis Risiko di Indonesia?
Indonesia telah meratifikasi ketentuan untuk menerapkan International Standards on Auditing (ISA) mulai awal tahun 2013. ISA sepenuhnya mengadopsi pendekatan Audit Berbasis Resiko, sehingga saat ini penerapan Audit Berbasis Resiko bagi auditor di Indonesia menjadi hal wajib (mandatory)
2.    Jelaskan, apakah dalam penerapan RBA (Risk Based Audit) dapat menggunakan  kriteria untuk mengukur efektivitas manajemen resiko di sebuah perusahaan berdasarkan COSO?
Penerapan RBA suatu perusahaan sangat tergantung pada hasil penerapan manajemen risiko korporat antara lain berupa risk register dan faktor risiko. Kolaborasi kerja antara unit SPI dan Manajemen Risiko sangat diperlukan dalam menerapkan RBA ini khususnya dalam membuat suatu risk assessment atau RCSA yang menghasilkan antara lain data potential risk dan strategic respon yang harus dipastikan pelaksanaannya.
4.    Sebutkan tahapan pelaksanaan audit berbasis risiko?
·         Tahap 1 menilai kematangan risiko
Pada tahap ini auditor berusaha untuk memeriksa gambaran sejauh mana manajemen menilai, mengukur, mengelola dan memantau risiko. Manfaat dari auditor menilai kematangan risiko untuk membuat perencanaan audit. Rencana audit berbasis risiko akan mempertimbangkan tingkat kematangan risiko.
·         Tahap 2 menetapkan strategi audit.
Pada tahap ini auditor berusaha untuk menetapkan strategi audit, dimana bentuk strategi akan berbeda sesuai dengan tingkat risiko berdasarkan wilayah-wilayah yang sudah teridentifikasi risikonya.
·         Tahap 3 penugasan audit individual
Pada tahap ini auditor melaksanakan tugas berdasarkan risiko individu untuk memberikan jaminan terhadap kerangka kerja manajemen.




Text Box: Soal Pilihan Ganda dan Jawaban

 Soal Pilihan Ganda dan Jawaba

1.    Menurut Tuanakotta (2013) ada berapa manfaat dari suatu audit berbasis risiko?
a.    2
b.   3
c.    4
d.   5

2.    Laporan keuangan mencantumkan aset tetap pabrik senilai Rp 10 milyar.Padahal aset tetap Pabrik tersebut tidak pernah dibangun ataupundibeli.Artinya bahwa laporan keuangan tersebut mengandung satu salah saji yang material. Laporan keuangan dapat juga berisi beberapa salah saji, yang secara agregatif atau tergabung, berjumlah material. Merupakan salah satu dari ?
a.    Reasonable Assurance
b.   Inherent Limitation (Risiko Bawaan)
c.    Lingkup Audit
d.   Salah saji material (Material Misstatement)

3.    Di bawah ini rumus yang benar untuk mencari Audit Risk Model adalah?
a.    AR = IR x CR x DR
b.   AR = CR X IR X DR
c.    AR = DR X CR X IR
d.   AR = CR X DR X IR

4.    Di bawah ini kecuali Keuntungan RBABagi Auditee
a.    Memberikan tingkat jaminan yang lebih tinggi atas proses dan hasil audit
b.   Proses audit dapat dilaksanakan dengan lebih efisien
c.    Membantu meningkatkan proses manajeman dalam pengelolaan risiko dan proses  pengendalian risiko perusahaan
d.   Memberikan nilai tambah bagi jasa audit melalui rekomendasi/saran yang terkait  dengan peningkatan kinerja organisasi dan bagaimana mengelola risiko operasi



Soal Essai dan Jawabannya

1.    Apa yang dimaksud dengan Risk Based Audit (RBA)?
Risk Based Audit (RBA) atau Audit berbasisi risiko adalah pendekatan audit yang dimulai dengan proses penilaian  risiko audit, sehingga dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan auditnya lebih  difokuskan pada area penting yang berisiko terjadinya penyimpangan atau kecurangan.

2.   Sebutkan konsep Audit berbasis risiko?
·                     Reasonable Assurance
·                     Inherent Limitation (Risiko Bawaan)
·                     Lingkup Audit
·                     Salah saji material (Material Misstatement)
·                     Asersi

3.   Apa Keuntungan Rba Bagi Kap?
v  Proses audit dapat dilaksanakan dengan lebih efisien
v  Mengurangi risiko pelaksanaan audit
v  Memberikan pendekatan  audit  sitematis      dan    unggul yang   terfokus pada pengurangan risiko
v  Meningkatkan kemampuan auditor (sebagai auditor sekaligus konsultan yang terpadu dalam GCG).
v  Membantu pemahaman yang lebih baik atas operasi klien
v  Membantu auditor untuk dapat menjadi konsultan yang dapat dipercaya oleh klien
v  Memberikan tingkat jaminan yang lebih tinggi atas proses dan hasil audit
v  Membantu meningkatkan proses manajeman dalam pengelolaan risiko dan proses  pengendalian risiko perusahaan
v  Memberikan nilai tambah bagi jasa audit melalui rekomendasi/saran yang terkait  dengan peningkatan kinerja organisasi dan bagaimana mengelola risiko operasi

4.    Sebutkan Manfaat Audit Berbasis Risiko :
         Fleksibilitas Waktu
         Upaya Tim Terfokus Pada Area Kunci
         Prosedur Audit Terfokus Pada Risiko
         Pemahaman Atas Pengendalian Intern, Untuk Menguji  Efektifnya Pengendalian Intern
         Komunikasi Tepat Waktu


Rangkuman Audit Berbasis Risiko
Risk Based Audit (RBA) adalah pendekatan audit yang dimulai dengan proses penilaian  risiko audit, sehingga dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan auditnya lebih  difokuskan pada area penting yang berisiko terjadinya penyimpangan atau kecurangan.
RBA tidak hanya memusatkan perhatian pada catatan akuntansi dan penyiapan laporan  keuangan, namun juga memusatkan perhatian pada proses akuntansi, pemilihan dan  pencatatan data, pengidentifikasian indikator risiko kegagalan.
Konsep:
  • Identify areas of the financial statements where there is a higher risk of material  misstatement and concentrate audit efforts in those areas, caused by either high inherent or control risk
  • Identify lower-risk areas in which to perform less extensive procedures

Konsep Audit Berbasis Risiko
1.    Reasonable Assurance
-          Diperoleh ketika auditor menemukan bukti audit yang cukup dan tepat untuk  menekan risiko audit.
-          Risiko audit adalah risko dimana auditor memberikan opini yang salah ketika  laporan keuangan disalahsajikan secara material.
-          Auditor ingin mengurangi risiko persuasive (menguatkan) dan bukan conclusive  (menyakinkan secara mutlak).
-          Kualitas audit, diukur dengan kebenaran penilaian persuasive atas bukti, secara  langsung tergantung pada apakah bukti yang digunakan untuk merekonstruksi  realitas yang relevan sesuai dengan nilai keabsahan bukti tersebut. Dalam  standar auditing menyebutkan bahwa bukti audit harus cukup dan memadai  (relevan dan handal) untuk memberikan dasar memadai untuk audit opini.
Dua Penentu Persuasivitas Bukti Audit:
1.    Ketepatan Bukti (prosedur audit & penetapan waktu)
Jika suatu bukti dianggap sangat tepat, hal ini menyakinkan auditor bahwa  laporan keuangan yang telah disajikan secara wajar.
-          Relevan
-          Reliabilitas (Independensi penyedia bukti, efektivitas pengendalian intern,  pengetahuan langsung auditor, kualifikasi penyedia bukti, objektivitas  bukti, ketepatan waktu).
-          Kecukupan Bukti (ukuran sampel dan item yang dipilih)
-          Diukur terutama oleh ukuran sampel yang dipilih auditor.
-          Memilih item populasi yang tepat.

2.    Inherent Limitation (Risiko Bawaan)
1)    Sifat Pelaporan Keuangan:
Penyusunan laporan keuangan memerlukan judgment manajemen dalam menerapkan  kerangka pelaporan keuangan dan keputusan atau penilaian subjektif (seperti estimasi)  oleh manajemen dalam memilih berbagai tafsiran atau judgment yang akseptabel
2)    Sifat Bukti audit yang tersedia
Kebanyakan pekerjaan auditor dalam merumuskan pendapatnya adalah mengumpulkan  dan mengevaluasi bukti audit. Bukti ini cenderung bersifat persuasif dan tidak konklusif.
Bukti audit terutama diperoleh melalui pelaksanaan prosedur audit. Bukti ini juga meliputi  informasi yang diperoleh dari sumber lain seperi:
Audit tahun lalu, prosedur kendali mutu dalam rangka menerima/melanjutkan hubungan  klien, catatan pembukuan entitas, dan bukti audit yang dibuat tenaga ahli yang digunakan  entitas.
3)    Sifat prosedur audit:
Bagaimuanapun bagusnya rancangan prosedur audit, ia tidak akan mampu mendeteksi  setiap salah saji, karena setiap sampel (kurang 100%) mengandung risiko bahwa salah saji  tidak akan terdeteksi, manajemen/pihak lain (sengaja/tidak) mungkin tidak memberikan  semua informasi yang diminta, dan prosedur audit untuk mengumpulkan bukti audit  mungkin tidak mendeteksi informasi yang hilang.
4)    Pelaporan keuangan tepat waktu
Relevansi/nilai informasi keuangan cenderung menurun dengan lewatnya waktu, oleh  karena itu perlu ada keseimbangn anatara keandalan informasi dan biaya. Pemakai laporan  keuangan mempunyai ekspektasi bahwa auditor memberikan pendapta dalam waktu &  biaya yang layak. Oleh karena itu tidaklah praktis meminta semua informasi yang mungkin  ada, atau menuntaskan semua masalah sehabis-habisnya, dengan asumsi bahwa  informasi mengandung kesalahan/kecurangan sampai terbukti sebaliknya.

3.    Lingkup Audit
Lingkup pekerjaan auditor dan opini yang diberikan dibatasi dengan menjawab :  Apakah laporan keuangan dibuat dalam semua hal yang material sesuai dengan kerangka  pelaporan keuangan yang berlaku. Laporan auditor yang tidak dimodifikasi (unmodified  auditor’s  report) atau opini   wajar tanpa pengecuallian (WTP) tidak menjamin keberhasilan  dan daya bertahan entitas itu dimasa yang akan datang. WTP juga tidak mencerminkan  apakah manajemen mengelola entitas secara efektif dan efisien.
4.    Setiap perluasan dari tanggungjawab audit yang utama, seperti yang mungkin ditetapkan  dalam ketentuan perundang-undangan, mewajibkan auditor untuk melaksanakan pekerjaan  tambahan dan memidifikasi atau memperluas laporan auditor sesuai dengan perluasan  tanggung jawab.

5.    Salah saji material (Material Misstatement)
Terjadi secara sendiri-sendiri atau bersama,  Contoh:
Laporan keuangan mencantumkan aset tetap pabrik senilai Rp 10 milyar. Padahal aset  tetap Pabrik tersebut tidak pernah dibangun ataupun dibeli. Artinya bahwa laporan  keuangan tersebut mengandung satu salah saji yang material. Laporan keuangan dapat  juga berisi beberapa salah saji, yang secara agregatif atau tergabung, berjumlah material.
Berupa salah saji yang tidak dikoreksi
Contoh : Temuan auditor dan dikomunikasikan kepada kepala bagian pembukuan dan  diakui sebagai salah saji, namun kepala bagian pembukuan tidak bersedia mengoreksinya  Berupa pengungkapan yang menyesatkan dalam laporan keuangan atau pengungkapan  yang tidak dicantumkan dalam laporan keuangan. Ini salah saji yang material secara  kualitatif. Bandingkan dengan contoh diatas merupakan salah saji yang material secara  kuantitatif
6.    Asersi
Pernyataan yang diberikan manajemen secara ekspisit maupun implisit, yang tertanam  didalam atau merupakan bagian dari laporan keuangan.
Asersi berhubungan dengan pengakuan, penyajian dan angka/saldo dan disclousure.
Pendekatan RBA timbul karena adanya hal-hal berikut:
5.    Permintaan  dan    tekanan       untuk melakukan   reformasi     dalam pengelolaan perusahan (good corporate governance)
6.    Keinginan stakeholders agar perusahaan dikelola secara lebih efektif
7.    Keinginan     dari    manajemen  untuk memperoleh saran-saran  perbaikan dalam  kegiatan operasinya

Sasaran yang ingin dicapai dalam penerapan RBA:
      Mengidentifikasi risiko kegagalan, kekeliruan, dan kecurangan, serta memberikan  rekomendasi bagi auditee untuk perbaikan operasinya
      Memberikan dasar yang kuat bagi tim audit dalam memberikan pendapat atas  laporan keuangan dengan mempertimbangkan risiko salah saji yang terkait dengan  risiko kegagalan, kekeliruan, dan kecurangan
      Kerangka untuk meningkatkan efisiensi (menekan biaya audit dengan mengurangi  tes substantif), efektivitas (mengindentifikasi dan fokus pada area-area yang  berisiko), dan kualitas audit (menekan kesalahan audit)

KEUNTUNGAN RBA BAGI KAP
v  Proses audit dapat dilaksanakan dengan lebih efisien
v  Mengurangi risiko pelaksanaan audit
v  Memberikan pendekatan  audit  sitematis      dan    unggul yang   terfokus pada pengurangan risiko
v  Meningkatkan kemampuan auditor (sebagai auditor sekaligus konsultan yang terpadu dalam GCG).
v  Membantu pemahaman yang lebih baik atas operasi klien
v  Membantu auditor untuk dapat menjadi konsultan yang dapat dipercaya oleh klien
v  Memberikan tingkat jaminan yang lebih tinggi atas proses dan hasil audit
v  Membantu meningkatkan proses manajeman dalam pengelolaan risiko dan proses  pengendalian risiko perusahaan
v  Memberikan nilai tambah bagi jasa audit melalui rekomendasi/saran yang terkait  dengan peningkatan kinerja organisasi dan bagaimana mengelola risiko operasi

RISIKO (RISK)
Risiko memberikan opini audit yang tidak tepat atas laporan keuangan yang  disalah sajikan secara material. Tujuan audit adalah mendapatkan risiko  audit ini ketingkat rendah yang dapat diterima auditor, meskipun auditor tidak  dapat menekan risiko audit ke titik nol.
Ada 2 unsur dalam risiko audit
No
Risiko
Sifat
Sumber
1
Inherent risk (risiko
bawaan) & control risk  (risiko pengendalian)
Lap. keuangan mungkin
berpotensi mengandung  salah saji material
Tujuan/operasi
entitas/implementasi  pengendalian internal oleh  manajemen.
2
Detection Risk (risiko
pendeteksian
Auditor mungkin gagal
mendeteksi salah saji yang  material dalam lap keuangan
Sifat dan luasnya prosedur
audit yang dilaksanakan  auditor.

TUJUAN AUDITOR :
Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang risiko  yang dinilai, dengan merancang dan mengimplementasikan  atanggapan yang tepat terhadap risiko tersebut.
         Prosedur audit umumnya terdiri atas prosedur audit substantif, prosedur  analitikal, dan uji pengendalian :
         Uji Pengendalian intern yang relevan, dapat mengurangi lingkup prosedur  substantif lainnya, seperti pengambilan jumlah sampel. (namun tidak ada  keharusan untuk menguji berfungsinya pengendalian intern).
         Uji Prosedur Analitikal substantif, prosedur dimana jumlah total    suatu arus  transaksi dapat diperkirakan dengan cukup tepat berdasar bukti yang  tersedia. Ekspekasi dibandingkan dengan jumlah sebenarnya seperti dalam  pembukuan, dan selisihnya atau salah sajinya langsung teridentifikasi.
Pendadakan (Unpredictability), Auditor perlu memasukkan unsur pendadakan  dalam prosedur audit, seperti stock fisik barang, cash count, kunjungan  lapangan.
Manajemen override. Auditor mempertimbangkan perlunya prosedur audit  yang spesifik menangani kemungkinan manajemen override atau putusan  manajemen untuk meniadaan atau mengabaikan dengan membuat  pengecualian (altrnatif prosedur)
KOMBINASI PROSEDUR AUDIT YG TEPAT UNTUK MENANGGAPI RISIKO
  1. Uji Pengendalian
  2. Prosedur Analitikal Substantif
  3. Pendadakan (Unpredictability)
  4. Manajemen Override        (Meniadakan/ Mengabaikan  Pengendalian Dengan Membuat Pengeculian).
  5. Significant Risks.
TUJUAN AUDITOR :
         Merumuskan Opini Mengenai Laporan Keuangan Berdasar  Evaluasi Atas Kesimpulan Yang Ditarik Atas Bukti Audit Yang  Diperoleh.
         Memberikan Opini Dengan Jelas, Melalui Laporan Tertulis, Yang  Juga Menjelaskan Dasar Untuk Memberikan Pendapat Tersebut
TAHAP TEAM DEBRIEFING:
  1. Pertemuan Untuk Membahas Temuan ,
  2. Mengidentifikasi Setiap Indikasi Kecurangan Dan Menentukan  Perlunya Prosedur Audit Lanjutan
MANFAAT AUDIT BERBASIS RISIKO :
         Fleksibilitas Waktu
         Upaya Tim Terfokus Pada Area Kunci
         Prosedur Audit Terfokus Pada Risiko
         Pemahaman Atas Pengendalian Intern, Untuk Menguji  Efektifnya Pengendalian Intern
         Komunikasi Tepat Waktu


0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Tugas Mahasiswa. Template created by Volverene from Templates Block
WP by Simply WP | Solitaire Online